Sikap egois ini senantiasa selalu ada dalam diri setiap indivudu, karena bawaannya sejak usia dini yang sudah memilki sikap egois. Akan tetapi dengan pendidikan karakter yang tepat pada saat anak usia dini maka dengan perlahan sikap egois itu akan dijauhi dan sirna dari prilaku si anak tersebut. Dan kenapa sikap egois itu masih ada, mungkin kita semua perlu untuk perenungan dan sedikit intropeksi diri, bahwa pendidikan karakter yang kita tanamkan tidak bisa tumbuh subur dalam diri anak sehingga terlihat jelas dalam perilaku sehari-hari.
Saya akan memberikan sebuah contoh pendidikan karakter untuk menghilangkan sikap egois dengan cerita yang cara penyampaiannya di saat anak sedang rileks dan dengan suara yang lemah lembut penuh kasih sayang. Harapanya cerita yang kita sampaikan bisa diterima dan di ambil hikmahnya.Berikut contoh cerita dari sikap egois manusia:
Saya akan memberikan sebuah contoh pendidikan karakter untuk menghilangkan sikap egois dengan cerita yang cara penyampaiannya di saat anak sedang rileks dan dengan suara yang lemah lembut penuh kasih sayang. Harapanya cerita yang kita sampaikan bisa diterima dan di ambil hikmahnya.Berikut contoh cerita dari sikap egois manusia:
Contoh Sikap Egois |
Kisah Pertama
Di sebuah pasar terjadi kebakaran hebat. Dalam waktu dua jam semua ruko, kios, bangunan sekitar pasar, dan hampir semua barang-barang ludes dilahap si jago merah. Suasana tampak tidak terkendali. Raungan sirine mobil pemadam kebakaran, tangisan, teriakan, dan letupan material yang terbakar, hiruk pikuk menjadi satu.
Di sebuah sudut pasar, seorang wanita tampak terpukul melihat pasar yang mulai rata dengan tanah. Ia menangis sejadi-jadinya, meratapi toko besrta barang dagangan yang ikut hangus.
Pada saat bersamaan datanglah dua orang pemuda, yang tak lain adalah anaknya.
“Sudahlah Bu, jangan menangis. Kan dua hari yang lalu toko itu sudah dijual, sekarang uangnya kita simpan di bank!,”ujar seorang anaknya.
Dalam sekejap tangisan wanita itu berhenti, sampai berubah menjadi sebuah senyuman.
Di sebuah sudut pasar, seorang wanita tampak terpukul melihat pasar yang mulai rata dengan tanah. Ia menangis sejadi-jadinya, meratapi toko besrta barang dagangan yang ikut hangus.
Pada saat bersamaan datanglah dua orang pemuda, yang tak lain adalah anaknya.
“Sudahlah Bu, jangan menangis. Kan dua hari yang lalu toko itu sudah dijual, sekarang uangnya kita simpan di bank!,”ujar seorang anaknya.
Dalam sekejap tangisan wanita itu berhenti, sampai berubah menjadi sebuah senyuman.
Kisah kedua
Ada tiga pemuda sedang berdiskusi di dapur. Persis di samping mereka dua orang anak kecil sedang bermain boneka. Pemuda pertama bertanya pada teman-temannya,
“Apa yang akan kalian lakukan bila terjadi gempa bumi?”
“Aku akan menyelamatkan dua keponakanku terlebih dahulu. Setelah itu baru menyelamatkan diri,” jawab pemuda kedua.
“Aku pun sama,” timpal pemuda ketiga.
Tiba-tiba … duaaaar! Tabung gas yang ada di dapur meledak. Ketiganya berhamburan ke luar. Merka lupa dengan anak-anak yang sebelumnya akan diselamatkan.
“Apa yang akan kalian lakukan bila terjadi gempa bumi?”
“Aku akan menyelamatkan dua keponakanku terlebih dahulu. Setelah itu baru menyelamatkan diri,” jawab pemuda kedua.
“Aku pun sama,” timpal pemuda ketiga.
Tiba-tiba … duaaaar! Tabung gas yang ada di dapur meledak. Ketiganya berhamburan ke luar. Merka lupa dengan anak-anak yang sebelumnya akan diselamatkan.
Hikmah dari kisah orang egois
Manusia itu seribu kali lebih mencintai dirinya dibanding mencintai orang lain. Adalah kenyataan bila manusia lebih senang diperhatikan daripada memperhatikan. Manusia lebih senang menerima daripada memberi. Manusia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Manusia lebih senang dipuji daripada dikritik. Manusia lebih senang dimuliakan daripada dihinakan. Dan manusia pun lebih senang dicintai daripada mencintai. Pokoknya, apa pun yang dilakukan manusia, sepenuhnya ditujukan untuk keuntungan dirinya. Dengan kata lain, “manusia itu makhluk egois.”
Dua kisah tersebut memberi “sedikit” gambaran tentang egoisnya manusia. Disadari atau tidak, manusia akan lebih bahagia bila orang lain terkena musibah, sedangkan dirinya selamat. Lihatlah bagaimana wanita pemilik toko tadi. Ia menangis karena menganggap tokonya terbakar. Namun ketika tau bahwa toko itu bukan miliknya lagi, ia pun berubah sikap.
Sebaik apa pun manusia, hakikatnya ia tetap egois. Saat seseorng memberi cinta, maka saat itu ia mengharap cinta. Saat seseorang berlaku dermawan, saat itu sebenarnya ia berusaha mendapatkan keuntungan untuk dirinya. Paling tidak mendapatkan kebahagian dengan cara memberi. Perlu proses dalam penanam karakter ini butuh kesabaran dan keteladanan dalam penidikan karakter baik. Semoga bagi setiap orangtua atau guru bisa terus merealisasikan niat mulianya untuk menciptakan generasi yang berkarakter demi kemajuan bangsa.
Dua kisah tersebut memberi “sedikit” gambaran tentang egoisnya manusia. Disadari atau tidak, manusia akan lebih bahagia bila orang lain terkena musibah, sedangkan dirinya selamat. Lihatlah bagaimana wanita pemilik toko tadi. Ia menangis karena menganggap tokonya terbakar. Namun ketika tau bahwa toko itu bukan miliknya lagi, ia pun berubah sikap.
Sebaik apa pun manusia, hakikatnya ia tetap egois. Saat seseorng memberi cinta, maka saat itu ia mengharap cinta. Saat seseorang berlaku dermawan, saat itu sebenarnya ia berusaha mendapatkan keuntungan untuk dirinya. Paling tidak mendapatkan kebahagian dengan cara memberi. Perlu proses dalam penanam karakter ini butuh kesabaran dan keteladanan dalam penidikan karakter baik. Semoga bagi setiap orangtua atau guru bisa terus merealisasikan niat mulianya untuk menciptakan generasi yang berkarakter demi kemajuan bangsa.
0 Response to "Sikap Egois Bikin Hidup Berakhir Teragis"
Post a Comment