Setelah kita membaca tentang teori-teori psikologi yang kebanyakan membahas tentang perkembangan
manusia. Saya akan mencoba membahas cara mendidik anak menurut sudut
pandang dari teori-teori psikologi.Anak adalah karunia Allah yang “harganya” tidak dapat dinilai dengan uang. Demikian berharganya, orangtua dituntut untuk serius dalam membimbing dan mendidik mereka. Oleh karena itu orangtua harus memahami teori-teori psikologi perkembangan anak dari mulai usia bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Dan mendidik anak tidak hanya sekedar menjadiakn mereka cerdas, kreatif, terampil, atau sehat secara fisik. Yang tak kalah penting adalah bagaimana menjadikan dia manusia berakhlak mulia.
Setidaknya ada tiga akhlak mulia yang harus diajarkan pada anak, yaitu:
Setidaknya ada tiga akhlak mulia yang harus diajarkan pada anak, yaitu:
Aku Aman Bagimu
Anak harus dilatih agar tidak merugikan orang lain. Sehebat apapun seorang anak, kalau kehadirannya selalu merugikan orang lain, maka kehebatan tersebut tidak ada artinya. Rasulullah Saw. Bersabda, “Seorang Muslim yang baik adalah yang orang lain aman dari gangguan lisan dan tangannya”.
Karena itu, penyakit hati yang terangkum ke dalam kata TENGIL (Takabur, Egois, Norak, Galak, Iri, Dengki, Licik), harus benar-benar dijauhi. Kalau anak sudah terkena penyakit TENGIL, maka ia berpotensi menjadi manusia “berbahaya”.
Untuk menerapkan prinsip Aku Aman Bagimu, orangtua harus memulainya dengan menjadikan dirinya aman bagi anak-anak. Ciri berhasilnya orangtua menerapkan Aku Aman Bagimu adalah saat anak mau curhat. Kalau anak tertutup atau tidak mau curhat, maka ada masalah dengan orngtuanya. Hal ini berpotensi melahirkan potensi komunikasi tidak sehat dalam keluarga.
Karena itu, penyakit hati yang terangkum ke dalam kata TENGIL (Takabur, Egois, Norak, Galak, Iri, Dengki, Licik), harus benar-benar dijauhi. Kalau anak sudah terkena penyakit TENGIL, maka ia berpotensi menjadi manusia “berbahaya”.
Untuk menerapkan prinsip Aku Aman Bagimu, orangtua harus memulainya dengan menjadikan dirinya aman bagi anak-anak. Ciri berhasilnya orangtua menerapkan Aku Aman Bagimu adalah saat anak mau curhat. Kalau anak tertutup atau tidak mau curhat, maka ada masalah dengan orngtuanya. Hal ini berpotensi melahirkan potensi komunikasi tidak sehat dalam keluarga.
Aku Menyenangkan Bagimu
Anak harus dilatih agar keberadaannya menyebabakan orang-orang disekitarnya merasa tenang dan nyaman. Rumus yang bisa diterapkan dengan tahap kedua ini adalah 5 S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Bimbing anak-anak kita menjadi orang yang murah senyum, senang memberi salam, gemar menyapa, sopan dan santun dalam bergaul.
Aku Bermanfaat Bagimu
Anak harus di arahkan agar dimanapun ia berada, orang-orang disekitarnya merasakan manfaat keberadaan-nya. Jadi, anak harus diarahkan agar ia mampu mencurahkan segala potensi yang dimilikinya untuk memberi manfaat bagi orang lain. Usahakan agar anak selalu berpikir bagaimana ia mampu terus memberi manfaat. Kalau ia pintar, maka ia bisa memintarkan teman-temannya. Kalau ia kaya, maka kekayaan-nya tersebut bisa menjadi sarana membantu orang yang kesusahan.
Nah, kalau pikiran seseorang sudah diisi dengan keinginan untuk memberi manfaat bagi orang lain, maka ia sudah sukses menapaki tahap ketiga dalam pendidikan.
Tidak mudah memang untuk sampai pada tingkatan seperti ini. Setidaknya ada lima tahapan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah senang memerhatikan orang lain . “Ma, kasian ya anak itu…”. Bila anak sudah senang memerhatikan orang lain,maka tanda-tanda kesuksesan sudah tampak didepannya. Tahap kedua adalah senang menghargai orang lain. Sedikit apapun kebaikan yang diberikan orang, si anak harus diajarkan berterimakasih. Tahap ketiga adalah senang memberi, tidak pelit, dan suka berbagi dengan teman-temannya. Tahap keempat adalah senang memberdayakan orang lain. Dan Tahap kelima adalah senang menyukseskan orang lain. Ibaratnya, tahap ketiga baru sebatas memberi ikan, tahap keempat (memberdayakan) adalah melatih agar terampil mencari ikan. Dan, pada tahap kelima (menyukseskan) berupaya menjadikan ia pengusaha ikan. Inilah puncak kemandirian.
Namun, saya jarang berpikir tentang kelakuan anak. Yang pertama kali dipikirkan adalah kelakuan ibu bapaknya. Karena itu, mendidik anak harus diawali dengan mendidik diri. Prinsip tiga A akan sangat sulit dilakukan anak kalau orang tuanya TENGIL. Jadi, karunia Allah untuk mendidik anak harus dimulai dengan mendidik diri. Wallahu a’lam bish-shawab…
Tidak mudah memang untuk sampai pada tingkatan seperti ini. Setidaknya ada lima tahapan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah senang memerhatikan orang lain . “Ma, kasian ya anak itu…”. Bila anak sudah senang memerhatikan orang lain,maka tanda-tanda kesuksesan sudah tampak didepannya. Tahap kedua adalah senang menghargai orang lain. Sedikit apapun kebaikan yang diberikan orang, si anak harus diajarkan berterimakasih. Tahap ketiga adalah senang memberi, tidak pelit, dan suka berbagi dengan teman-temannya. Tahap keempat adalah senang memberdayakan orang lain. Dan Tahap kelima adalah senang menyukseskan orang lain. Ibaratnya, tahap ketiga baru sebatas memberi ikan, tahap keempat (memberdayakan) adalah melatih agar terampil mencari ikan. Dan, pada tahap kelima (menyukseskan) berupaya menjadikan ia pengusaha ikan. Inilah puncak kemandirian.
Namun, saya jarang berpikir tentang kelakuan anak. Yang pertama kali dipikirkan adalah kelakuan ibu bapaknya. Karena itu, mendidik anak harus diawali dengan mendidik diri. Prinsip tiga A akan sangat sulit dilakukan anak kalau orang tuanya TENGIL. Jadi, karunia Allah untuk mendidik anak harus dimulai dengan mendidik diri. Wallahu a’lam bish-shawab…
0 Response to "Teori -Teori Psikologi, 3 Tahap Mendidik Anak"
Post a Comment